BLITAR.PCMSIMO.ORG. Ketua Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Latifah Iskandar, menegaskan bahwa isu ketahanan pangan merupakan persoalan global yang menyentuh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Ia menyoroti pentingnya menjadikan ketersediaan pangan sebagai prioritas utama pemerintah karena menyangkut kebutuhan dasar umat manusia.
Hal ini disampaikan Latifa dalam Resepsi Milad ‘Aisyiyah yang digelar oleh Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Timur di Gedung Koesoemo Wicitra, Bendogerit, Sananwetan, Blitar, Selasa (1/7/2025).
“Ketahanan pangan adalah tema universal. Krisis pangan bukan cerita jauh; dalam satu riset tercatat 4.000 warga kekurangan pasokan pangan. Ini harus jadi perhatian kita bersama,” ungkap Latifah sebagaimana dilansir muhammadiyah.or.id.
Ia mengungkapkan bahwa pada periode kepemimpinan sebelumnya (2017–2022), PP ‘Aisyiyah telah memutuskan untuk meluncurkan Gerakan Pangan ‘Aisyiyah, yang dilaksanakan mulai dari tingkat pusat hingga ranting. Program ini mendorong keterlibatan aktif para kader dalam isu ketahanan pangan, termasuk gerakan menanam, edukasi gizi, hingga penguatan dapur keluarga.
“Namun, apa yang dilakukan ibu-ibu tidak semudah membalikkan telapak tangan,” kata Latifah, menegaskan kompleksitas dan tantangan nyata yang dihadapi di lapangan.
Meski begitu, ia tetap optimistis terhadap visi swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah—yakni kemampuan bangsa untuk memproduksi dan memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Menurutnya, semangat kemandirian ini harus dimulai dari gerakan kecil di rumah tangga dan komunitas.

“Insyaallah, dengan menanam apa yang bisa kita tanam. Dalam hadis pun disebutkan: tanamlah apa yang bisa dimakan, dan makanlah apa yang ditanam. Ini harus jadi perhatian kita,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua PWA Jawa Timur, Rukmini, menambahkan bahwa semangat membangun Qaryah Thayyibah (desa yang baik dan sejahtera) menjadi acuan penting bagi gerakan ‘Aisyiyah dalam berpikir berkemajuan dan memperkuat kemandirian ekonomi umat.
“Insyaallah sudah banyak pelatihan digelar oleh ibu-ibu ‘Aisyiyah. Tidak hanya keterampilan, tapi juga strategi pemasaran agar hasilnya berdaya jual,” ujarnya.
Rukmini juga menekankan bahwa Qaryah Thayyibah merupakan fondasi menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, negeri yang baik dan diridai Tuhan. Ia mengajak seluruh elemen ‘Aisyiyah untuk terus berjejaring dengan organisasi perempuan lainnya dan bersinergi dengan pemerintah daerah.
“Jangan pernah puas dengan pencapaian, tapi puaslah dengan apa yang kita miliki sekarang. Dari situ kita bisa bangun kekuatan bersama,” pungkasnya.
Resepsi Milad ini tidak sekadar perayaan, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan penyemangat baru bagi ‘Aisyiyah dalam membangun gerakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan menanam dan menjaga bumi dari lingkup terkecil, ‘Aisyiyah yakin ketahanan pangan bukan sekadar mimpi, melainkan langkah nyata menuju kedaulatan hidup.

