JAKARTA.PCMSIMO.ORG. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, menerima penghargaan Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) pada Kamis (10/7) di Jakarta. Penganugerahan ini merupakan bentuk apresiasi atas kontribusi besar Haedar dalam memperkuat nilai-nilai kejuangan dan mendukung eksistensi kelembagaan LVRI.
Penghargaan ini menjadi simbol penghormatan dari generasi pejuang kemerdekaan kepada tokoh yang dinilai konsisten menghidupkan semangat perjuangan dalam konteks kekinian. Ketua Umum LVRI 2022–2027, Letjen TNI (Purn.) Herman Bernhard Leopold Mantiri, menegaskan bahwa Bintang LVRI adalah penghargaan tertinggi yang tidak diberikan secara sembarangan, melainkan hanya kepada tokoh yang menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap nilai-nilai kebangsaan.
“Bintang LVRI tidak diberikan dengan mudah. Ini adalah bentuk penghargaan atas kontribusi besar dari Bapak Haedar Nashir dan Bapak Yendra Fahmi, yang kami rasakan manfaatnya sangat besar. Semoga kerja sama terus terjalin di masa depan,” ujar Mantiri sebagaimana dikutip dari muhammadiyah.or.id
Dalam sambutannya, Haedar mengungkapkan rasa syukur sekaligus haru atas penghargaan tersebut. Ia menilai penghargaan ini bukan sekadar kehormatan pribadi, tetapi menjadi amanah moral bagi dirinya, keluarga, organisasi, dan generasi bangsa.

“Terus terang, kami merasa belum layak. Namun penghargaan ini menjadi inspirasi mendalam agar kami terus meneladani nilai-nilai perjuangan yang diwariskan para pendahulu,” ucap Haedar.
Ia juga mengenang pertemuannya dengan pimpinan LVRI di Yogyakarta yang membagikan kisah-kisah heroik masa perjuangan. Momen itu membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga api semangat perjuangan, meski zaman telah berubah.
Dalam orasinya, Haedar menekankan tiga fondasi utama membangun masa depan Indonesia: komitmen, integritas, dan pengabdian tanpa pamrih. Ia menyinggung sosok Jenderal Soedirman—panglima besar yang berasal dari Muhammadiyah—sebagai teladan hidup dari nilai-nilai tersebut.
“Dalam usia muda, Jenderal Soedirman memimpin Perang Gerilya dengan keteguhan luar biasa. Beliau adalah figur yang membumi, sederhana, tapi penuh makna dalam kepemimpinan dan pengabdian,” ujar Haedar.
Ia juga menyoroti pentingnya membumikan nilai-nilai keindonesiaan dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar slogan atau simbol. Menurutnya, warisan ideologis bangsa harus dihidupkan lewat tindakan nyata yang berpadu dengan nilai-nilai agama dan budaya luhur.
Tak hanya itu, Haedar mengingatkan agar bangsa ini tidak terjebak dalam dua kutub ekstrem: kehilangan nilai karena mengejar teknologi, atau terkungkung tradisi hingga tak bergerak maju. Ia menyerukan sinergi antara kemajuan intelektual dan spiritualitas luhur.
“Perpaduan antara kemajuan dan nilai adalah kepentingan bersama agar kita bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain,” tuturnya.
Acara penganugerahan ini dihadiri sejumlah tokoh nasional, termasuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI yang juga Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, serta para pimpinan dan kader Muhammadiyah. Pertemuan ini menjadi momen yang mempertemukan generasi pejuang dan generasi penerus bangsa dalam semangat kolaborasi membangun Indonesia yang berkemajuan dan berkeadaban.

