Oleh Sulis Mardiyono
Usia 23 tahun bukan sekadar angka. Ia adalah usia matang bagi sebuah gerakan yang dibangun di atas fondasi cinta kasih dan komitmen sosial. Di usia ini, Lazismu (Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah) meneguhkan kembali misinya yang luhur, sebagaimana terangkum dalam tema Milad tahun ini: “Lazismu untuk Kesejahteraan Semua.”
Tema ini bukan sekadar slogan—ia adalah ikrar moral yang memuat muatan filosofis dan visi kemanusiaan yang mendalam. Kesejahteraan bukan hanya hak eksklusif mereka yang mampu, bukan pula kemewahan yang bisa dibeli, melainkan amanah yang harus diikhtiarkan secara kolektif. Dalam semangat itulah Lazismu hadir: menjadi tangan panjang gerakan Islam berkemajuan yang menjawab realitas ketimpangan sosial dengan kerja-kerja nyata dan keberpihakan yang tegas kepada yang lemah.
Dalam bahasa Al-Qur’an, kesejahteraan tak hanya dimaknai sebagai kelimpahan harta. Ia merentang dari kifayah (kecukupan) menuju sakīnah (ketenangan), dari rahmah (kasih sayang) menuju barakah (keberlimpahan makna). Maka ketika Lazismu bicara kesejahteraan, yang dimaksud bukan hanya bantuan logistik sesaat, tetapi keberdayaan yang membebaskan. Kesejahteraan yang mengangkat martabat, bukan sekadar menghapus lapar. Kesejahteraan yang memberi kail, bukan hanya ikan.

Lazismu bukan sekadar lembaga pengumpul dana keagamaan, tapi agen transformasi sosial yang mengorganisir kebaikan dalam arsitektur gerakan yang sistematis. Ia membuktikan bahwa cinta pun perlu strategi, bahwa peduli pun harus profesional. Di sinilah filosofi Islam bertemu dengan etos modernitas: zakat dan infak dikelola secara transparan, akuntabel, dan berbasis data, agar setiap tetes donasi menjelma menjadi sungai harapan yang mengalir ke pelosok-pelosok sunyi negeri.
Kata “untuk semua” dalam tema Milad kali ini menyiratkan pesan inklusivitas yang kokoh. Lazismu berdiri bukan untuk satu kelompok, satu daerah, atau satu golongan.
Ia hadir untuk siapa pun yang membutuhkan, tanpa melihat warna bendera, tanpa menakar tinggi status. Karena sejatinya, kemiskinan tak punya agama, dan ketertindasan tak mengenal ras.
Dari program layanan dhuafa, pendidikan anak-anak jalanan, pemberdayaan perempuan, hingga tanggap bencana yang cepat dan terukur—Lazismu telah menjelma menjadi wajah Islam yang ramah, bukan marah; yang merangkul, bukan menghakimi; yang menyalakan harapan, bukan mempertebal stigma.
Kita belajar, bahwa kesejahteraan sosial bukan hanya tentang memberikan, tetapi juga membangun ruang tumbuh bersama. Di sinilah Lazismu menjahit harapan di tengah keterbatasan, menyulam solidaritas di antara retakan peradaban.
Di usia ke-23, Lazismu tak sekadar mengevaluasi capaian, tetapi juga menatap masa depan. Di tengah dunia yang semakin individualistis dan materialistik, keberadaan lembaga filantropi Islam seperti Lazismu menjadi oase—penyeimbang antara spiritualitas dan tanggung jawab sosial.
Jika peradaban hari ini kerap dibangun di atas fondasi kompetisi, maka Lazismu mengajarkan kolaborasi. Jika dunia memuja pertumbuhan ekonomi yang timpang, maka Lazismu menyodorkan narasi pertumbuhan yang berpihak pada kemanusiaan.
Karena itu, di tengah deru mesin-mesin kapitalisme yang dingin, Lazismu membawa kehangatan nilai. Ia mengajarkan bahwa rezeki adalah amanah, bukan kepemilikan mutlak, dan bahwa kelebihan seseorang adalah harapan bagi yang lain.
Lazismu telah menempuh jalan panjang. Tapi perjalanan belum usai. Masih ada anak-anak yang putus sekolah, lansia yang kesepian, korban bencana yang menunggu uluran tangan. Maka gerakan ini harus terus menyala, tidak hanya sebagai rutinitas, tetapi sebagai napas perjuangan.
Karena sejatinya, Lazismu bukan hanya milik mereka yang memberi, tetapi juga milik mereka yang diberi kehidupan kembali oleh harapan. Di sinilah wajah Islam menemukan cahayanya—dalam gerakan cinta yang terorganisir, dalam amal yang terukur, dan dalam misi mulia: mewujudkan kesejahteraan untuk semua.
Semoga di usia ke-23 ini, Lazismu semakin kokoh sebagai penjaga harapan, penebar rahmat, dan pelopor peradaban yang berpihak pada mereka yang kerap terlupakan.
Sulis Mardiyono, S.Pd.I adalah Sekretaris Lazismu Kendal

