Oleh Suprapto
DI tengah hiruk pikuk zaman yang kadang memekakkan nurani, ada satu jalan sunyi yang terus dijalani dengan penuh kesabaran dan dedikasi: jalan filantropi Islam.
Di jalan ini, Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) telah menapaki usia ke-23 tahun (4 Juli 2002-2025).
Bukan usia muda untuk sebuah lembaga, dan bukan pula sekadar angka—tapi cerminan perjalanan panjang membangun kepercayaan, menebar manfaat, serta memperkuat peradaban berbasis solidaritas dan keadilan sosial.
Lazismu sejak awal menetapkan visi yang mulia dan berkelanjutan: menjadi lembaga amil zakat terpercaya. Di balik visi ini, tersimpan misi besar: mengelola dana umat secara amanah, profesional, dan transparan; memberdayakan zakat secara kreatif dan produktif; serta memberikan pelayanan terbaik kepada para donatur. Sebab, di dunia zakat, kepercayaan adalah ruh. Tanpa kepercayaan, tidak ada yang mengamanahkan. Tanpa amanah, tidak akan ada manfaat yang tersebar.
Kabupaten Kendal punya catatan tersendiri dalam sejarah gerakan zakat. Sejarah yang tidak lahir begitu saja, tapi dibidani oleh tokoh-tokoh visioner seperti almarhum Abdul Bari Shoim. Beliaulah salah satu pionir pengelolaan zakat modern di Muhammadiyah Kendal melalui Bapelurzam PCM Weleri. Gagasannya bukan hanya tentang mengumpulkan dana umat, tetapi bagaimana zakat dikelola secara sistematis, berkelanjutan, dan berorientasi pada pemberdayaan.

Estafet itu kemudian dilanjutkan oleh tokoh-tokoh berikutnya, termasuk alm. Bapak Muslim, yang menghidupkan semangat zakat sebagai kekuatan peradaban.
Kini, melalui Lazismu Kendal, semangat itu tumbuh dan berkembang. Tagline milad ke-23: “Lazismu untuk Kesejahteraan Semua”, bukanlah slogan kosong.
Itu adalah komitmen nyata untuk menjangkau seluruh elemen masyarakat Kendal, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang sosial.
Dari bantuan pendidikan hingga kesehatan, dari penguatan ekonomi hingga respon bencana—Lazismu hadir sebagai penguat harmoni sosial, tidak eksklusif, tetapi inklusif.
Namun mari kita jujur: kemiskinan masih menjadi luka terbuka bangsa ini. Data BPS Maret 2024 mencatat, sekitar 25,8 juta jiwa masih hidup dalam kemiskinan.
Di tengah pertumbuhan ekonomi, jurang ketimpangan tetap menganga. Ini bukan sekadar statistik, tetapi realitas getir yang membutuhkan intervensi bersama.
Zakat, sebagai instrumen sosial dan spiritual, sesungguhnya menyimpan potensi besar. Potensi zakat nasional bahkan menyentuh angka Rp327 triliun, tapi realisasinya baru sekitar 9%. Ini bukan soal kurangnya dana, tapi rendahnya kesadaran dan kepedulian.
Di Kendal sendiri, potensi zakat maal diperkirakan mencapai Rp46 miliar, namun yang terkumpul baru sekitar Rp26 miliar. Masih ada jarak—dan tanggung jawab—yang perlu dijembatani.
Artinya, kerja dakwah zakat belum selesai. Edukasi, literasi, dan pendekatan humanis perlu terus diperkuat.
Lazismu, sebagai bagian dari gerakan dakwah Muhammadiyah, punya peran strategis bukan hanya dalam mengelola, tapi juga menyadarkan. Zakat bukan sekadar kewajiban tahunan, tapi kunci keseimbangan sosial, jalan mendekatkan si kaya dengan si papa, si berdaya dengan yang lemah, si berlebih dengan yang kekurangan.
Memasuki usia 23 tahun, kita berharap Lazismu Kendal semakin mampu menjadi jembatan kebaikan antara umat yang memiliki kelebihan dengan mereka yang membutuhkan. Di tengah tantangan zaman yang makin kompleks, hanya lembaga yang dikelola secara profesional dan berjiwa dakwah yang akan mampu bertahan dan memberi pengaruh nyata.
Di tangan Lazismu, kita menyaksikan bahwa zakat bukan hanya angka, bukan hanya laporan tahunan, tetapi ikhtiar kolektif membangun ekosistem kesejahteraan umat. Ekosistem yang tumbuh di atas nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kasih sayang lintas batas.
Lazismu tidak hanya milik Muhammadiyah. Ia adalah milik umat. Milik bangsa. Selama ia terus menjadi jembatan bagi mereka yang ingin memberi dan mereka yang menanti uluran tangan, maka selama itu pula ia akan terus relevan, terus dibutuhkan.
Selamat milad ke-23, Lazismu. Teruslah menjadi pelita di tengah gelapnya kesenjangan. Teruslah hadir sebagai bukti bahwa Islam bukan hanya agama ritual, tapi agama yang menjawab persoalan nyata, dengan cinta dan kerja nyata.
Suprapto, S.H; M.M adalah Manajer Lazismu Kendal, dan Dosen Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (UMKABA)

